Selasa, 05 Juni 2012

KRI Oswald Siahaan


KRI Oswald Siahaan

KRI Oswald Siahaan merupakan kapal fregat bekas pakai AL Belanda (HMNLS Isaac Sweers F805) yang kemudian dibeli oleh Indonesia . Kapal ini bersaudara dekat dengan Fregat Inggris Kelas HMS Leander dengan sedikit modifikasi dari disain RN Leander asli. Dibangun tahun 1967 oleh Nederlandse Dok en Scheepsbouw Mij, Amsterdam, Belanda dan mendapat peningkatan kemampuan sebelum berpindah tangan ke TNI Angkatan Laut pada tahun 1977-1980. Termasuk diantaranya adalah pemasangan sistem pertahanan rudal anti pesawat (SAM, Sea to Air Missile) ) Sea Cat.
Bertugas sebagai armada patroli dengan kemampuan anti kapal permukaan, anti kapal selam dan anti pesawat udara.Termasuk dalam kelas Ahmad Yani bersama KRI Oswald Siahaan antara lain KRI Ahmad Yani (351), KRI Slamet Riyadi (352), KRI Yos Sudarso (353) KRI Abdul Halim Perdana Kusuma (355) dan KRI Karel Satsuit Tubun (356).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPfgsc8AVW_5IKBfr0st0Mm_rPdmGbs44EMiYxtFCP3Ia5XnXxbEQ2eTAwrlZGRt5UFj3e48Z4Ba7XilDgWe2v8FvtOWYP1G9uB_colzVUzcrGsu2BcSCP1XXDvyMm4gjkcYXQIhFpbk0/s400/kri-oswald-siahaan2.jpg

KRI Oswald Siahaan memiliki berat 2,940 ton. Dengan dimensi 113,42 meter x 12,51 meter x 4,57 meter. Ditenagai oleh turbin uap dengan 2 boiler, 2 shaft yang menghasilkan 30,000 shp sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 28,5 knot. Diawaki oleh maksimal 180 pelaut.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCzx3MA-1G0C1axmuPTxr7zEJsXxpOrlFWVix0eT0ReCP6-BS8f2s1_vqFH0rWTvfAKJnuRb1x0AgDQgkpeBY6fVp5gil_P5_GW6Ky2BiFrJSMgV0UgC0Efq9lnJ2EifEgsP276ZNU-0k/s400/0+aaakri+3.jpg

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcq3jR0U25dpceXREkaa8cYFD02Vjte1NlvTPdaXKkEpV30VgtWWrf99511K6-WwLzR_xVfLn8mTosCF2I1jKVXo4ZhqJ5wkKsdZQeZWuiE1DELXMFksPP_VrMcAqUi5klsEtb_sW9cRo/s400/0+aaakri+4.jpg

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheIHcTD8i2Fx-b-9tcg8o6o1VUuqWBn7gx-ljfSi_gMUAsBkcSZgjoEKddVqqS7f8QSFUjArvdMiT-sSb15f0r9__DUWcGwxl9qSPAX7WnyXlGQ4CODKFX3hP0IRPzLSH-5Lrz-wDVTSs/s400/0+aaakri+5.jpg


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcetPZn_jD05vhVGN5XSX58O_QFKf7BoxXPnih-sFDWjJo6OdElMlmTpgzP4M2Y7PqSFPovb3FvD3WmaVYOFFFge1UCGybf-sD_QsaDu7bqWbK8RlQcIEVP0k6GdzlRHguMkDCF1YzKyg/s400/oswald+siahaan.jpeg

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyugrF8PouZwHaWgYh7g8U5ZGYhvClRE13PzQUgQzclIyjUG5UwCqIXbrjqRoXPOB0iq66Y69uyvAkh4ZnllPN0Aj6GO8_O3PLV21PARWxbF8S9gVz8ld39WvMNoYCAdGk3qwlhgKSgUo/s400/4KRI3.JPG 

Kemampuan bertahan dan menyerang OWA Class tentunya didukung oleh persenjataan yang mumpuni, diantaranya: 8 Peluru Kendali Permukaan-ke-permukaan McDonnel Douglas RGM-84 Harpoon dengan jangkauan maksimum 130 Km (70 mil laut), berkecepatan 0,8 mach, berpemandu active radar homing dengan hulu ledak seberat 227 Kg. 4 buah Peluru kendali permukaan-ke-udara Mistral dalam peluncur Simbad laras ganda sebagai pertahanan anti serangan udara. Jangkauan efektif 4 Km (2,2 mil laut), berpemandu infra merah dengan hulu ledak 3 Kg. 


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8_Gc-7DxujrHndhyo-B2NTe2Xt4j8IKhFC6L3ajBbc_oM8o5rimpgeOJD7fjjGf6d3ExUu4VB_OHKnBYnb7SnSycU_8KYmxExrvan40wHp9Kvd4UTAlXhyUoFx5-sW97vRfH5ZsA5gLE/s320/peristiwa-penembakan-sea-cat-06.jpg

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXHaO9Ih93e169CMHkTKq8bDbHd6FKLP68Pog4egvqKSHcTcU5JsDDWwqTLVnMOs63HckqtL9j6VCPUFcoRhwuxyx7_RbOUWcXDLOc6Svp_xdvAFMawRIzMjdeI_8xM1hl6QqcwaiTxTc/s400/2011_04_21_08_14_15_a44.jpg



Rudal Sea Cat KRI Oswald Siahaan

 
Berkemampuan anti pesawat udara, helikopter dan rudal. 1 buah Meriam OTO-Melara 76/62 compact berkaliber 76mm (3 inchi) dengan kecepatan tembakan 85 rpm, jangkauan 16 Km untuk target permukaan dan 12 Km untuk target udara. 2 Senapan mesin 12.7mm 12 Torpedo Honeywell Mk. 46, berpeluncur tabung Mk. 32 (324mm, 3 tabung) dengan jangkauan 11 Km kecepatan 40 knot dan hulu ledak 44 kg.



 
Persiapan amunisi meriam kaliber 76 mm Otomelara buatan Laspezia Italia, di ruang kontrol penembakan KRI Oswald Siahaan-354

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjACjIHm_yB7RlbFuu6PyMUCSgjZJpSlv0xnC70QHq674BA_gj_cruyc6UdXN1vNdSI_ofSfnY8Gah5xr-sR8i79Ylu-2ALuB78PrEmOM1AD2UV5gnJk4sDNB2Z58LVQ1ohsRA0vl0u-Q/s400/mp25.jpg

Penembakan  meriam kaliber 76 mm Otomelara buatan Laspezia Italia, oleh KRI Oswald Siahaan-354

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhu3X02U9tq8wUT-7kiLEfC96mnULgDaviYPKuY7ou7EUxwA8pDC5RknSHiqcgodOzltIR7tM88sEkGGKZhBWk_PWqaaO7ADXi4W60olPFpU6-Pq1zEd48bC7zDAmTgPhw7DRmfpTP853o/s400/dd.jpg

 Suasana ruang Pusat Informasi Tempur (PIT)


 
Sejumlah ABK KRI Oswald Siahaan-354 mempersiapkan senjata api laras panjang yang akan digunakan sebagai pelontar tali

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqCdqVJNRCFSJdYh4DdYHqov7hdymE9K4dlD4PNzl4GuW9lmGYs6Jv_iuqyQvtI1zC9P_FnjTESkZyl7cMTMeQt_s1KkLiVBoWNVLzZ28ilApQqcVNjV4I4Q7Xm-NSFnM0UtfOP9OHF9Q/s320/fsad.jpg
 Senapan Mesin Berat browning kaliber 12,7 mm

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQI8EtIukrXsFABp5pOJYHqIjZp91VptXL2s54BDJbk6xKrPdoLatOGEmWetwzLi-ZodNQr4xr88A0IOgGclVLEpKbXoq6R_95Bwq9FpLrtq3K6lnNhCklWUze0AWCtCUq_ubvyiTLO0U/s1600/mk+46.jpg
Torpedo Honeywell Mk. 46

Berlayar Dengan KRI Oswald Siahaan

http://img2.blogblog.com/img/video_object.png

Sejarah KRI Oswald Siahaan


Sebelum masuk masa dinas dilingkungan Angkatan Laut Indonesia, OWA dan beberapa kerabatnya yang tergabung dalam kapal perang Kelas Van Speijk ini merupakan salah satu armada perang Angkatan Laut Belanda.

Menurut hikayat penamaan Van Speijk tak lain untuk mengenang Jan Carolus Josephus van Speijk, salah seorang letnan angkatan laut Belanda yang tewas saat perang saudara Belanda-Belgia pada 5 Februari 1831. Saking terkenalnya nama Van Speijk, sebuah dekrit kerajaan (Koninklijk Besluit nomor 81, 11 Februari 1831) yang dikeluarkan oleh Raja William I mengucapkan bahwa selama Angkatan Laut Belanda masih berlayar, akan selalu ada sebuah kapal bernama 'Van Speijk' untuk memastikan ingatan atas keberanian sang letnan. Sebanyak tujuh kapal dari angkatan laut belanda menggunakan nama tersebut. Dikemudian hari, nama Van Speijk Class resmi disematkan pada kapal perusak kawal rudal modern Belanda yang mulai di bangun oleh galangan kapal Nederlandse Dok en Scheepsbouw Mij, Amsterdam, Belanda.
 
 

 
HMNLS Isaac Sweers F805 (KRI Oswald Siahaan)

 
Van Speijk Class sendiri mulai bertugas sekitar tahun 1967, kemampuan dalam mengarungi samudra memang dapat diandalkan walaupun harus menghadapi gelombang besar sekalipun. Kemampuan manuver yang mumpuni inilah yang kemudian membuat Angkatan laut Indonesia kepicut membeli kapal tersebut, walau eks angkatan laut Belanda, namun kualitas kemampuan dan kesiapan kepal perang kawal rudal itu tetap terjaga baik.

Berbeda dengan Parcshim Class indonesia yang mendapatkan perombakan habis-habisan oleh PT.PAL, namun Van Speijk Class justru tak seperti itu, wajar sebab selama ini kapal tersebut dirawat dengan baik oleh pemilik sebelumnya, bahkan sebelum kapal-kapal tersebut di serahkan kepada Angkatan laut indonesia pada tahun 1977-1980, armada Van Speijk Class telah diberi peningkatan kemampuan Termasuk di antaranya adalah pemasangan sistem pertahanan rudal anti pesawat (SAM, Sea to Air Missile) Mistral menggantikan Sea Cat. Sampai saat ini Van Speijk Class masih aktif berdinas dalam Angkatan Laut Belanda.



Setelah masuk masa dinas dan bergabung dengan Angkatan Laut kebanggan negera ini, KRI Oswald Siahaan berserta kerabatnya berganti namanya dari Van Spijk Class menjadi kapal perang Fregat Ahmad Yani Class. Tentu saja karena pernah digunakan oleh AL-Belanda, keseluruhan armada tersebut namanya mengalami pergantian yaitu:

HNLMS Tjerk Hiddes (F 804) berganti nama menjadi KRI Ahmad Yani 351
HNLMS Evertsen (F 815) berubah nama menjadi KRI Abdul Halim Perdana Kusuma (355)
HNLMS Isaac Sweers (F 814) di tasbihkan menjadi KRI Karel Satsuit Tubun (356)
HNLMS Van Speijk (F 802) berganti nama menjadi KRI Slamet Riyadi (352)
HNLMS Van Galen F 803) berganti nama menjadi KRI Yos Sudarso (353) 
HNLMS Van Nes ( F 805) setelah ditasmiyahkan menjadi nama baru, KRI OSWALD SIAHAAN (354) atau yang dikenal dengan nama lain KRI OWA Class Indonesia.

Van Speijk Class Indonesia ini telah dilakukan peningkatan kemampuan, diantaranya mengganti mesin-mesin baru, alat komunikasi dan navigasi, armament modern dan perawatan Armor beserta mesin secara berkala. Bahkan beberapa tahun yang lalu KRI Oswald Siahaan alias OWA Class mengalami repowering sehingga keadaan KRI kebanggan negara ini kembali tampil baru lagi.

Di bidang sensor dan elektronis, KRI Oswald Siahaan diperlengkapi radar LW-03 2-D air search, sonar PHS-32. Juga diperlengkapi dengan kontrol penembakan (fire control) M-44 SAM control serta perangkat perang elektronik UA-8/9 intercept. Sebagai pertahanan diri mempunyai 2 peluncur decoy RL. Keberadaan radar terbaru buatan asli anak bangsa INDERA MX-2HC, makin melengkapi kegaharan kapal perang Angkatan Laut Kebanggan indonesia.
  

Yakhont, Senjata Baru KRI Oswald Siahaan

 
Soal kemampuan OWA Class menggendong rudal yakhont yang terbukti sukses diuji di Samudra Hindia beberapa saat yang lalu pantas menjadi pembicaraan negera antar kawasan. Di Asia Tenggara sejauh ini hanya Indonesia dan Vietnam saja yang mengaktifkan rudal yakhont menjadi bagaian arsenal gaharnya. Hanya saja ada perbedaan yang mendasar, -setidaknya untuk saat ini,- rudal yakhont miliki Vietnam kebanyakan digunakan sebagai pertahanan pantai sehingga mobilitasnya terbatas, sedangkan Yakhont milik Angkatan laut Indonesia memiliki mobilitas yang tinggi karena landasan luncurnya di bawa oleh kapal-kapal perang Indonesia.

OWA Class memang bukan satu-satunya kapal perang yang mampu membawa rudal kelas berat ini, namun berbicara daya angkut untuk rudal bongsor seukuran yakhont, OWA Class mampu menggendong 4 buah sekaligus. Untuk saat ini, jumlah yakhot indonesia sendiri disinyalir puluhan jumlahnya, ini tak lain karna Yakhont sendiri sudah diinstal di 16 KRI yaitu enam pada kapal jenis frigat dan 10 di kapal perang Korvet. Sejauh ini hanya OWA Class yang diketahui membawa rudal dari Rusia. 

 Proses Pemasangan Rudal Yakhont Hingga Peluncuran
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQ9pJoKqv6_6uz4ijGHGalwVmy036MI9T5E5f6vVW6ZDLdoaRrEeLGhzaxmKDo2FLfzJIXJX8WWN6tACjObzNGFBvCHskSCCidyvyeEc1-YlDARCcPw41_5ZMFaz-8kh0TnDhW9KIZoYo/s400/712byakhont.jpg

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTUyxCxvxMyj6Z8JNQ7n35-xOc3ANCL5orDjOB7wSPs7CtU3dQDBMEsUuq7WuDkJFMq4BhHP185eW7V0XfwqDL_B1dCJSr7GIYmT5fkDB7BZFxAxRz2YWKUrCIEHziGo7ri8iWjjlBKsQ/s400/71yakhont2.jpg


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIudprkvAuNDrAH-dzS5cIqwzIHUyaR3haNzKj55St_ypddl-b4KBb3w1zZuqaH_qPzpcZFDEwf62HqoFt_5SZvyYyymxlRdU3rRQT3s24ospUMPzFuzsPWwTsJ9Sc81VYYPogglUkjBU/s400/launch+3.jpg



 Video Uji Coba Rudal Yakhont


http://img2.blogblog.com/img/video_object.png




Jumat, 23 Maret 2012

Meriam Gustav dan Dora (Meriam Raksasa Nazi)

Schwerer Gustav (Gustav Berat/Raksasa atau Gustav Akbar/Besar) dan Dora adalah nama dari dua senjata artileri  raksasa yang berjalan di atas rel milik Jerman dalam Perang Dunia II, yang khusus digunakan dalam operasi-operasi pengepungan. Senjata-senjata ini dikembangkan oleh Krupp dengan tujuan sederhana yaitu menghancurkan benteng yang dipersenjatai dan dilindungi dengan sangat kuat, utamanya yang berada di Garis Maginot yang memisahkan antara Prancis dengan Jerman. Beratnya adalah 1.350 ton sementara pelurunya sendiri seberat tidak kurang dari 7 ton. Jarak tembakan pelurunya adalah 37 kilometer (23 mil). Adolf Hitler telah menggadang-gadang senjata ini untuk digunakan dalam perang dengan Prancis yang memang telah dia rencanakan, tapi kemudian ketika perang tersebut pecah ternyata senjatanya masih belum siap diterjunkan dalam pertempuran. Pada kenyataannya, tanpa bantuan Gustav dan Dora pun, pasukan Wehrmacht yang digdaya mampu menembus pertahanan Prancis di Garis Magino.



Rancangan meriam Gustav dan Dora

Gustav sendiri pada akhirnya digunakan untuk melawan Uni Soviet dalam pengepungan Sebastopol selama Operasi Barbarossa. Tak lama dia sudah berada dalam pengepungan Jerman yang lain di Stalingrad, dan kemungkinan besar berencana pula untuk dipakai dalam memadamkan pemberontakan Warsawa, Polandia (1944), meskipun pemberontakan tersebut keburu padam sebelum Gustav sempat digunakan. Di akhir perang Gustav dirampas oleh pasukan Amerika, sementara Dora dihancurkan oleh Jerman sendiri menjelang akhir-akhir perang demi mencegah jatuh ke tangan Tentara Merah Rusia.


Gustav dan Dora tercatat sebagai senjata dengan kaliber terbesar dalam sejarah yang pernah digunakan dalam pertempuran, begitu pula amunisinya yang tercatat sebagai peluru artileri paling berat yang pernah dibuat manusia. Dia hanya tersaingi oleh Little David Mortar 36 inci milik Amerika dan juga sejumlah mortir pengepung yang memuntahkan amunisi yang lebih kecil ukuran dan beratnya.

Pada tahun 1934 Komando Tinggi Angkatan Darat Jerman  memberi orderan pada pabrik Krupp di Essen (Jerman) untuk merancang sebuah senjata yang mampu menghancurkan benteng-benteng pertahanan Prancis di Garis Maginot yang saat itu hampir selesai dibangun. Amunisi senjata tersebut harus mampu menembus beton setebal tujuh meter atau lapis baja setebal satu meter, dan harus di luar jangkauan artileri Prancis itu sendiri! Insinyur Krupp Dr. Erich Müller mengkalkulasikan bahwa untuk itu dibutuhkan sebuah senjata dengan kaliber 80 cm yang menembakkan proyektil seberat 7 ton dari laras sepanjang 30 meter. Dengan stelan seperti itu, maka senjata tersebut akan mempunyai berat sekurangnya 1000 ton! Tentu saja ukuran dan beratnya tidak akan memungkinkan buat si "raksasa" dipindahkan dengan cara biasa menggunakan jalan raya melainkan harus memakai rel ganda kereta api. Seperti halnya senjata rel kereta lainnya, maka satu-satunya gerakan pada laras senjata tersebut hanyalah naik-turun, dan arahnya tentu saja disesuaikan dengan arah rel kereta menuju. Krupp mempersiapkan senjata jenis ini dengan kaliber yang berbeda-beda: 70 cm, 80 cm, 85 cm, dan 1 m.
 
 Peluru meriam Gustav/Dora seberat 7 ton berbanding dengan tank T 34 Soviet

 Peluru meriam Gustav/Dora berbanding besar manusia
Tak ada kelanjutan dari rencana ini sampai bulan Maret 1936, ketika Adolf Hitler mengadakan kunjungan ke Essen dan menanyakan tentang spesifikasi senjata tersebut. Tak ada komitmen berarti yang diberikan oleh Hitler mengenai pengembangannya lebih jauh, tapi pengerjaan desainnya kemudian dimulai dengan model pertama kaliber 80 cm. Setelah selesai awal 1937 dan mendapat persetujuan, akhirnya dikerjakanlah senjata pertama yang start dari musim panas 1937. Sayangnya, faktor teknis yang begitu rumit dalam pembuatan dan pengecoran senjata besi yang begitu besarnya membuat batas waktu penyelesaian (musim panas 1940) tak dapat dipenuhi.

Krupp membangun model percobaannya akhir tahun 1939 dan kemudian mengirimnya ke Hillersleben untuk uji coba tembakan. Masalah penetrasi juga dicoba dalam tes ini. Penembakan dengan elevasi tinggi membuat amunisi 7,1 ton yang dimuntahkannya mampu menembus beton tujuh meter plus lempengan baja setebal satu meter sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Ketika tes tersebut selesai pertengahan tahun 1940, dibuat pula "kendaraan" yang akan membawanya. Alfried Krupp (anak dari Krupp yang namanya dijadikan nama senjata tersebut) secara pribadi menjadi guide bagi Hitler dalam inspeksinya ke Lokasi Tes Rügenwald di musim panas 1941. Saat itu diserahkan pula secara resmi artileri Gustav. Hitler begitu terkejut ketika mendapati bahwa telah disiapkan pula peluru dengan berat 11 ton, bila peluru yang ada sekarang dianggap masih belum cukup.





Dua buah senjata langsung diorder dan uji coba tambahan kembali dilakukan tanggal 10 September 1941. Tembakan pertama di tes dengan menggunakan laras yang telah dipersiapkan. Pada bulan November 1941 laras tersebut dibawa ke Rügenwald untuk menjalani delapan kali lagi uji tembak. Kini yang digunakan adalah peledak penghancur baja yang berhasil ditembakkan sampai sejauh 37.210 meter!

Senjata ini diletakkan di atas sasis yang didesain khusus, yang didukung oleh empat buah troli paralel beroda yang dipasang di atas rel. Setiap troli mempunyai 20 gandar (poros roda), sehingga totalnya ada 80 gandar (160 roda)! Krupp menamai senjata dahsyat ini sebagai Schwerer Gustav (Gustav Berat) yang diambil dari nama direktur senior pabrik tersebut, Gustav Krupp von Bohlen und Halbach.

Amunisi bagi senjata ini sendiri terdiri dari peledak lapis baja/beton kelas berat dan juga peledak berdaya ledak tinggi yang lebih. Proyektil roket berdaya jangkau jauh (150 km) juga telah direncanakan untuk digunakan, tapi kemudian diurungkan karena si laras otomatis harus lebih dipanjangkan lagi sampai 84 meter! Proyektil roket ini rencananya digunakan untuk membombardir daratan Inggris melintasi selat Dover.

Sesuai dengan tradisi turun-temurun di perusahaan Krupp, tak ada biaya dibebankan bagi pemesan untuk senjata pertama ini, meskipun untuk senjata kedua bertipe sama (Dora), Krupp menghargainya sebesar 7 juta Reichsmark. Nama Gustav diambil dari nama direktur Krupp, dan
nama Dora diambil dari nama istri insinyur senior di perusahaan tersebut.


 

Pada bulan Februari 1942 dibentuklah Unit Artileri Berat (E) 672 dan langsung dikirimkan ke front Krim (Kaukasus), bersama dengan senjata super andalan mereka, Gustav. Senjata ini dikirimkan tidak utuh ngejeblag begitu saja, melainkan dalam komponen-komponen terpisah yang diangkut menggunakan 25 buah truk yang membentuk iring-iringan sepanjang 1,5 kilometer! Setelah tiba di Tanah Genting Perekop awal Maret 1942, senjata tersebut diistirahatkan karena kini adalah bagian pengerjaan rel yang memanjang sejauh 16 kilometer (10 mil) sehingga mencapai bagian utara dari Simferopol-Sebastopol (yang menjadi targetnya). Di ujung rel tersebut dibuat berbentuk semi-lingkaran untuk memudahkan Gustav dalam berputar.



Tes tempur pertama senjata ini adalah pengepungan Sebastopol. Instalasi dimulai awal Mei, dan tanggal 5 Juni senjata tersebut telah siap untuk dioperasikan. Target berikut ini yang tercatat pernah dihajarnya:

5 Juni
- Artileri pantai Soviet dengan jarak 25.000 meter. Delapan peluru ditembakkan.
- Benteng Stalin. Enam peluru ditembakkan.

6 Juni
- Benteng Molotov. Tujuh peluru ditembakkan.
- Tebing Putih: Tempat penyimpanan amunisi bawah laut di Pantai Severnaya. Lokasinya adalah 30 meter di bawah permukaan laut dengan pelindung beton setebal 10 meter. Setelah sembilan peluru ditembakkan, arsenal tersebut hancur berkeping-keping dan akibatnya salah satu kapal di pantai tersebut ikut tenggelam karena efek ledakannya.

7 Juni
- Ditembakkan untuk mendukung serangan infantri di Sudwestspitze, sebuah fortifikasi pertahanan terpencil milik Soviet. Tujuh peluru ditembakkan.

11 Juni
- Benteng Siberia. Lima peluru ditembakkan.

17 Juni
- Benteng Maxim Gorki dan sekelompok meriam pantainya. Lima peluru ditembakkan.



Pada akhir pengepungan tanggal 4 Juli, kota Sebastopol tinggal puing-puing belaka, dan 30.000 ton amunisi telah ditembakkan! Gustav sendiri telah menembakkan total 48 buah peluru, sehingga laras senjatanya telah menjadi rusak. Ditambahkanlah laras cadangan, sementara yang pertama dikirim pulang ke pabrik Krupp di Essen untuk "pemulihan" sehingga bisa dipakai kembali.

Sejata tersebut lalu dibongkar untuk kemudian dipindahkan ke bagian utara dari Rusia, dimana Jerman sedang merencanakan serangan pada kota Leningrad yang dikepung. Gustav diletakkan sekitar 30 km dari kota di dekat stasiun kereta api Taizy. Setelah dipasang kembali dan telah siap dioperasikan, rencana serangan tersebut dibatalkan! Jadinya, terpaksa deh Gustav menghabiskan musim dingin 1942-1943 di dekat Leningrad.

Setelah itu, artileri kelas berat ini dibalikkan kembali ke Jerman untuk perbaikan. Meskipun ada beberapa klaim yang menyebutkan bahwa sesudahnya Gustav dipakai dalam pertempuran Warsawa tahun 1944, tapi pada kenyataannya tidaklah seperti itu. Klaim ini kemungkinan bersumber karena adanya salah satu selongsong amunisi Gustav yang dipamerkan di Musium Angkatan Darat Polandia.

Senjata ini kemudian dihancurkan oleh pihak Jerman sendiri demi mencegahnya jatuh ke tangan Sekutu atau Rusia. Sisa-sisanya ditemukan di sebuah hutan 15 kilometer (9 mil) di sebelah utara Auerbach atau 50 kilometer (31 mil) sebelah tenggara Chemnitz.

Dora adalah senjata kedua yang diproduksi yang mempunyai spesifikasi sama persis dengan Gustav. Penggunaannya terutama di medan pertempuran Stalingrad, dimana senjata tersebut ditempatkan 15 kilometer (9 mil) sebelah barat kota di sekitar pertengahan Agustus 1942. Dora telah siap beraksi tanggal 13 September, tapi tak lama kemudian senjata ini sudah dibongkar kembali karena Jerman ketakutan akan kepungan balik Rusia yang mengancam posisinya. Ketika pasukan Jerman mundur besar-besaran dari Front Timur, Dora pun ikut serta. Nasibnya tidak setragis Gustav yang dihancurkan, melainkan hanya dibongkar saja menjelang akhir perang. Yang kemudian menemukannya adalah tentara Amerika di Barat, yang hampir bersamaan waktunya dengan ditemukannya Schwerer Gustav.








Tipe: Senjata kepung/artileri rel
Masa tugas: 1941-1945
Pengguna: Wehrmacht

Data produksi:
Desainer: Krupp
Dibuat: 1934
Pabrik pembuat: Krupp
Harga per unit: 7 juta Reichsmark
Produksi pertama: 1941
Jumlah produksi: 2

Spesifikasi:
Berat: 1.350 ton
Panjang: 47,3 meter
Panjang laras: 32,48 meter (L/40.6)
Lebar: 7,1 meter
Tinggi: 11,6 meter
Kaliber: 800 mm (31,5 inci)
Elevasi: Maksimum 48"
Kecepatan tembak: 1 kali tembak setiap 30 sampai 45 menit, atau bisa mencapai 14 kali tembak dalam sehari
Kecepatan peluru: 820 m/s (HE), 720 m/s (AP)
Jarak efektif: Sekitar 39 km
Jarak maksimal: 48 km (HE); 38 km (AP)
Kru: 250 orang untuk memasang senjata ini dalam waktu 3 hari (54 jam), 2.500 orang untuk memasang jalur rel dan membuat pertahanan di sekeliling senjata. Dibutuhkan 2 batalion flak untuk melindungi senjata ini dari serangan udara!



Selasa, 28 Februari 2012

F-16 Fighting Falcon Sang Elang Yang Melegenda

 F-16 FIGHTING FALCON

F-16 Fighting Falcon adalah jet tempur multi-peran yang dikembangkan oleh General Dynamics (lalu di akuisisi oleh Lockheed Martin), di Amerika Serikat. Pesawat ini awalnya dirancang sebagai pesawat tempur ringan, dan akhirnya ber-evolusi menjadi pesawat tempur multi-peran yang sangat populer. Kemampuan F-16 untuk bisa dipakai untuk segala macam misi inilah yang membuatnya sangat sukses di pasar ekspor, dan dipakai oleh 24 negara selain Amerika Serikat. Pesawat ini sangat popular di mata international dan telah digunakan oleh 25 angkatan udara. F-16 merupakan proyek pesawat tempur Barat yang paling besar dan signifikan, dengan sekitar 4000 F-16 sudah di produksi sejak 1976. Pesawat ini sudah tidak diproduksi untuk Angkatan Udara Amerika Serikat, tapi masih diproduksi untuk ekspor.
F-16 dikenal memiliki kemampuan tempur di udara yang sangat baik, dengan inovasi seperti tutup kokpit tanpa bingkai yang memperjelas penglihatan, gagang pengendali samping untuk memudahkan kontrol pada kecepatan tinggi, dan kursi kokpit yang dirancang untuk mengurangi efek g-force pada pilot. Pesawat ini juga merupakan pesawat tempur pertama yang dibuat untu menahan belokan pada percepatan 9g.
Pada tahun 1993, General Dynamics menjual bisnis produksi pesawat mereka kepada Lockheed Corporation, yang kemudian menjadi bagian dari Lockheed Martin setelah merger dengan Martin Marietta pada tahun 1995.

Tipe Pesawat tempur
Produsen General Dynamics
Lockheed Martin
Terbang perdana 2 Februari 1974
Diperkenalkan 17 Agustus 1978
Status Aktif
Pengguna Amerika Serikat
24 negara lainnya
Jumlah produksi Lebih dari 4.000

Spesifikasi (F-16C Blok 30) Orthographically projected diagram of the F-16.  
Karakteristik umum  
Kru: 1  
Panjang: 49 ft 5 in (14.8 m)  
Lebar sayap: 32 ft 8 in (9.8 m)  
Tinggi: 16 ft (4.8 m)  
Area sayap: 300 ft² (27.87 m²)  
Airfoil: NACA 64A204 root and tip  
Berat kosong: 18,238 lb (8,272 kg)  
Berat terisi: 26,463 lb (12,003 kg)  
Berat maksimum lepas landas: 42,300 lb (16,875 kg)  
Mesin: 1× Pratt & Whitney F100-PW-220 afterburning turbofan  
Dorongan kering: 14,590 lbf (64.9 kN)  
Dorongan dengan afterburner: 23,770 lbf (105.7 kN)  
Alternate powerplant: 1× General Electric F110-GE-100 afterburning turbofan  
Dry thrust: 17,155 lbf (76.3 kN)  
Thrust with afterburner: 28,985 lbf (128.9 kN)  

Performa  
Kecepatan maksimum: >Mach 2 (1,320 mph, 2,124 km/h) at altitude
Radius tempur: 340 mi (295 nm, 550 km) on a hi-lo-hi mission with six 1,000 lb (450 kg) bombs Jarak jangkau ferri: >3,200 mi (2,800 nm, 4,800 km)  
Batas tertinggi servis: >55,000 ft (15,000 m)  
Laju panjat: 50,000 ft/min (260 m/s) Beban sayap: 88.2 lb/ft² (431 kg/m²)  
Dorongan/berat: F100 0.898; F110 1.095  

Persenjataan  
Senjata api: 1× 20 mm (0.787 in) M61 Vulcan gatling gun, 511 rounds  
Roket: 2¾ in (70 mm) CRV7  
Rudal:  
Air-to-air missiles: 6× AIM-9 Sidewinder or 6× AIM-120 AMRAAM or 6× Python-4  
Air-to-ground missiles: 6× AGM-65 Maverick or 4× AGM-88 HARM
Anti-ship missiles: 4× AGM-119 Penguin  
Bom: 2× CBU-87 cluster 2× CBU-89 gator mine 2× CBU-97 4× GBU-10 Paveway 6× GBU-12 Paveway II 6× Paveway-series laser-guided bombs 4× JDAM 4× Mk 80 series B61 nuclear bomb  
Lainya: SUU-42A/A Flares/Infrared decoys dispenser pod and chaff pod or AN/ALQ-131 & AN/ALQ-184 ECM pods or LANTIRN, Lockheed Martin Sniper XR & LITENING targeting pods or up to 3× 300/330/370 US gallon Sargent Fletcher drop tanks for ferry flight/extended range/loitering time.  

Avionik AN/APG-68 radar

AGM-65 Maverick
Air-to-ground missile

AGM-84 Harpoon
Anti-ship missile

AIM-120 AMRAAM
Advanced Medium Range Air-to-Air Missile

AIM-7 Sparrow
Medium Range Air-to-Air Missile

AIM-9 Sidewinder
Short Range Air-to-Air Missile

AN/AAQ-13 & AN/AAQ-14 LANTIRN
Navigation & Targeting Pod

GBU-31 and GBU-38 JDAM
Joint Direct Attack Munition

M61 A1 Vulcan
20mm gatling gun system 


F-16 Block 15F-16 Block 30

F-16 Block 40

 
Lockheed Martin F-16 Block 50/52


Lockheed Martin F-16 E/F Block 60 Desert Falcon





Sejarah F-16
Pada tahun 1960-an, Angkatan Udara dan Angkatan Laut Amerika Serikat menyimpulkan bahwa masa depan pertempuran udara akan ditentukan oleh peluru kendali yang semakin modern. Dan bahwa pesawat tempur masa depan akan digunakan untuk mengejaran jarak jauh, berkecepatan tinggi, dan menggunakan sistem radar yang sangat kuat untuk mendeteksi musuh dari kejauhan. Ini membuat desain pesawat tempur masa ini lebih seperti interseptor daripada pesawat tempur klasik. Pada saat itu, Amerika Serikat menganggap pesawat F-111 (yang pada saat itu masih dalam tahap pengembangan) dan F-4 Phantom akan cukup untuk kebutuhan pesawat tempur jarak jauh dan menengah, dan didukung oleh pesawat jarak dekat bermesin tunggal seperti F-100 Super Sabre, F-104 Starfighter, dan F-8 Crusader.
Pada Perang Vietnam, Amerika Serikat menyadari bahwa masih banyak kelemahan pada pesawat-pesawat mereka. Peluru kendali udara ke udara pada masa itu masih memiliki banyak masalah, dan pemakaiannya juga dibatasi oleh aturan-aturan tertentu. Selain itu, pertempuran di udara lebih banyak berbentuk pertempuran jarak dekat dimana kelincahan di udara dan senjata jarak dekat sangat diperlukan.
Kolonel John Boyd mengembangkan teori tentang perawatan energi pada pertempuran pesawat tempur, yang bergantung pada sayap yang besar untuk bisa melakukan manuver udara yang baik. Sayap yang lebih besar akan menghasilkan gesekan yang lebih besar saat terbang, dan biasanya menghasilkan jarak jangkau yang lebih sedikit dan kecepatan maksimum yang lebih kecil. Boyd menganggap pengorbanan jarak dan kecepatan perlu untuk menghasilkan pesawat yang bisa bermanuver dengan baik. Pada saat yang sama, pengembangan F-111 menemui banyak masalah, yang mengakibatkan pembatalannya, dan munculnya desain baru, yaitu F-14 Tomcat. Dorongan Boyd tentang pentingnya pesawat yang lincah, gagalnya program F-111, dan munculnya informasi tentang MiG-25 yang saat itu kemampuan dibesar-besarkan membuat Angkatan Udara Amerika Serikat memulai perancangan pesawat mereka sendiri, yang akhirnya menghasilkan F-15 Eagle.
Pada saat pengembangannya, F-15 berevolusi menjadi besar dan berat seperti F-111. Ini membuat Boyd frustrasi dan ia pun meyakinkan beberapa petinggi Angkatan Udara lain bahwa F-15 membutuhkan dukungan dari pesawat tempur yang lebih ringan. Grup petinggi Angkatan Udara ini menyebut diri mereka "fighter mafia", dan mereka bersikeras akan dibutuhkannya program Pesawat Tempur Ringan (Light Weight Fighter, LWF).
Pada Mei 1971, Kongres Amerika Serikat mengeluarkan laporan yang mengkritik tajam program F-14 dan F-15. Kongres mengiyakan pendanaan untuk program LWF sebesar US$50 juta, dengan tambahan $12 juta pada tahun berikutnya. Beberapa perusahaan memberikan proposal, tetapi hanya General Dynamics dan Northrop yang sebelumnya sudah memulai perancangan dipilih untuk memproduksi prototip. Pesawat mereka mulai diuji pada tahun 1974. Program LWF awalnya merupakan program evaluasi tanpa direncanakan pembelian versi produksinya, tetapi akhirnya program ini diubah namanya menjadi Air Combat Fighter, dan Angkatan Udara AS mengumumkan rencana untuk membeli 650 produk ACF. Pada tanggal 13 Januari 1975 diumumkan bahwa YF-16 General Dynamics mengalahkan saingannya, YF-17.